Suara kicauan burung seakan membuaiku untuk kembali dari tidurku serta lamunan mimpi indahku di Istana Emas. Aku bermimpi menjadi seorang Putri Jelita di khayangan. Tiba-tiba terdengar suara nyaring seolah-olah merobek mimpiku.
“Rona… bangun..”, ucap Ibuku.
“Ya, Bu…” ucapku. Sambil mengusap-usap mata.
“Cepatlah bangun!!”
“ahhh…. Tunggu lima menit lagi… aku masih ngantuk..”, cetusku.
Ternyata hari ini adalah hari Kamis. Hari yang seperti biasanya aku piket di kelas. Segeralah aku bergegas untuk mandi dan sarapan pagi. Jarak antara rumah dengan sekolah sangatlah jauh. 2,5 km jaraknya, dan membutuhkan waktu sekitar 7 menit. Sehingga aku selalu diantarkan oleh orang tuaku ke sekolah.
“Bu, yang cepat… aku nanti bisa terlambat!”, teriakku
“Sabar, ini sudah cepat kok!”, jawab Ibu.
Tibalah aku di sekolah. Tak lupa aku mengucapkan salam serta senyum kepada bapak/ibu guru yang selalu menanti kami di pintu gerbang. “huuu… huuu… piket kok datangnya telat..”. Lagi-lagi suara teriakan itu membuatku jengkel. Itu adalah suara teman-teman yang sering mengolokku jika terlambat. Lalu tanpa basa-basi ku langsung mengambil sapu dan menyapu lantai kelas. Dengan cepat tetapi benar ku langsung bergerak gesit, karena 5 menit lagi pelajaran akan dimulai.
Jam pertama pada hari ini adalah Matematika. Tak disangka aku belum mengerjakan PR.
“Astaghfirullah… aku belum mengerjakan PR!!”, ucapku dalam hati.
“Heeh.. kamu belum mengerjakan PR tho??”, ujar Ninda.
“iya, aku belum…”,
tiba-tiba Bu Guru menyuruh berdiri di depan kelas bagi siapa yang belum mengerjakan PR. Tanpa banyak berfikir panjang, ku langsung berdiri di depan kelas bersama teman-teman yang malas mengerjakan PR.
“haa… Kasian deh Loe!!”, ucap teman-teman.
Suara itu seakan bersahutan tanpa ada henti-hentinya. Wajahku memerah dan tertunduk malu akan kesalahanku.
“Rona, mengapa kamu tak mengerjakan PR?”,tanya Ibu Guru.
“Lu-lu-paa bu..”, jawab ku dengan gugup.
“Mengapa?? Kamu lupa tidak belajar ya?”
“Ya bu, tadi malam saat lihat TV sampai jam 11.”
“Pasti lihat ketoprak bu!”, sela Bima.
Semua siswa menertawakanku. Membuat suasana kelas menjadi ricuh. Dan dari itulah aku ingin bangkit dari keterpurukan ini.
Sehabis pulang sekolah aku langsung membuka PR ku. Lalu aku kerjakan hingga benar-benar tepat jawabannya. Buku-buku yang berserakan ku tata kembali di tempat semula. Sinetron Manohara yang sering ku tonton pun sudah ku stop. Sampai-sampai aku melupakan jalan cerita sinetron kesayanganku itu. Sayang sekali rasanya. Tetapi ini demi kebaikanku, sehingga aku tidak menjadi anak yang malas.
Hari ini ada Ulangan Geografi. Untunglah, pelajaran Geografi ini yang paling ku sukai. Soal demi soal ku kerjakan semaksimal mungkin. Ku berusaha untuk tidak mencontek jawaban teman.
Tak disangka aku mendapat nilai yang terbaik di kelasku. Hatiku menjadi lega, karena usahaku kini tak sia-sia. Banyak teman yang terheeran-heran padaku.
“Selamat ya…”, ucap temanku.
Kata-kata itulah yang membuatku bergairah. Kini, ku berjanji untuk tidak malas lagi.Karena malas adalah pekerjaan yang tak ada gunanya.